Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebab-sebab terjadinya konflik antara lain sebagai berikut :
1. |
Perbedaan Antarperorangan |
|
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan,
pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat bahwa manusia adalah individu
yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan yang baku antara
yang satu dengan yang lain Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi
salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab dalam menjalani sebuah
pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan dengan
individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas, kamu bersama
kelompokmu kebetulan sebagai penyaji makalah. Pada satu kesempatan, ada
temanmu yang mencoba untuk mengacaukan jalannya diskusi dengan menanyakan
hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam diskusi tersebut. Kamu yang
bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan mencoba meluruskan
pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si penanya)
tadi menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan.
Perbedaan pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah
dan benci yang apabila tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan
terjadi konflik. |
2. |
Perbedaan Kebudayaan |
|
Perbedaan kebudayaan memengaruhi pola pemikiran
dan tingkah laku perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan.
Selain perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan dalam masing-masing
kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan
kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang
samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena
kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Yang jelas,
dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada
dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok atau
masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat
lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan
tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya
konflik sosial. Contohnya seseorang yang dibesarkan pada lingkungan
kebudayaan yang bersifat individualis dihadapkan pada pergaulan kelompok yang
bersifat sosial. Dia akan mengalami kesulitan apabila suatu saat ia ditunjuk
selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan dia akan melakukan
pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya menguntungkan satu
pihak saja. Kebijakan semacam ini akan di tentang oleh kelompok besar dan
yang pasti kebijakan tersebut tidak akan diterima sebagai kesepakatan
bersama. Padahal dalam kelompok harus mengedepankan kepentingan bersama. Di
sinilah letak timbulnya pertentangan yang disebabkan perbedaan kebudayaan. Contoh lainnya adalah seseorang yang berasal dari
etnis A yang memiliki kebudayaan A, pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B.
Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan asal dengan konservatif, tentu
saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya. Dengan kata lain
meskipun orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik jika
tetap melakukan penyesuaian terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru. |
3. |
Bentrokan Kepentingan |
|
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang
ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena setiap individu memiliki
kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan
sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki
kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain. Misalnya
kebijakan mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes ‘Ratu
Sejagat’ atau ‘Miss Universe’. Dalam hal ini pemerintah menyetujui pengiriman
tersebut, karena dipandang sebagai kepentingan untuk promosi kepariwisataan
dan kebudayaan. Di sisi lain kaum agamis menolak pengiriman itu karena
dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran (bangsa Indonesia).
Bangsa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai suatu bangsa yang
menjunjung tinggi budaya timur yang santun, justru merelakan wakilnya untuk
mengikuti kontes yang ternyata di dalamnya ada salah satu persyaratan yang
mengharuskan untuk berfoto menggunakan swim suit (pakaian untuk berenang). |
4. |
Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di dalam
Masyarakat |
|
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya
disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai
yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak akan
membuat keguncangan proses-proses sosial di dalam masyarakat, bahkan akan
terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan
adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan
menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan
masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial. Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang
begitu cepat. Masyarakat banyak yang kurang siap dan kemudian menimbulkan
aksi penolakan terhadap perubahan tersebut. |
SUMBER :
Wrahatnala, BONDET. Sosiologi 2 : untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar