Sebagai seorang tenaga pengajar sudah barang tentu kita memiliki kewajiban untuk mendidik peserta didiknya agar menjadi anak yang berkarakter dan berakhlak mulia, selain memberikan ilmu pengetahuan tentunya. Seorang guru mesti mengetahui sekaligus memahami setiap karakter siswa yang dihadapinya. Perlu diingat bahwa setiap siswa dalam satu kelas, memiliki karakter dan tingkat kompetensi yang berbeda antara satu peserta didik dengan peserta didik lainnya.
Dan semua situasi itu saya rasakan semuanya. Terkadang saya
mengalami kesulitan ketika harus menyampaikan materi, sementara tidak semua
peserta didik siap menerima apa yang akan saya sampaikan. Banyak masalah anak yang
sering saya temukan pada diri peserta didik, baik saat kegiatan di kelas maupun
saat di luar sekolah. Misalnya, mulai tidak semangatnya peserta didik mengikuti
proses pembelajaran, kesulitan mengikuti materi pembelajaran, malas untuk
berangkat sekolah, atau ada juga yang bolos alias kabur saat kegiatan belajar berlangsung.
Disinilah peran seorang guru dibutuhkan. Ibarat seorang
dokter, seorang guru harus mendiagnosa
dan menemukan penyebab masalah yang terjadi pada diri setiap peserta didik.
Jika diagnosa itu hanya dilakukan di sekolah, dengan keterbatasan waktu yang
ada, tentu tidak akan cukup. Maka ada satu upaya yang bisa dilakukan oleh
seorang guru untuk mengenali masalah anak lebih dekat lagi, yaitu melalui
kegiatan home visit.
Apa itu Home Visit
Home Visit (kunjungan rumah) merupakan upaya untuk
mendeteksi yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh
data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa
melalui kunjungan ke rumahnya. Jadi, home visit atau kunjungan rumah merupakan
suatu kunjungan rumah untuk memperoleh informasi secara lebih detail dan
kongkrit dengan bantuan informasi dari orang tua atau kelurga terdekat di
rumahnya.
Idealnya home visit ini dilakukan oleh guru Bimbingan Konseling (BK) sebagai tindak lanjut penyelesaian masalah yang dihadapi peserta didik. Namun, saya berpandangan bahwa home visit ini tidak harus oleh guru BK saja yang melakukannya, wali kelas atau guru lainnya bisa juga melakukannya. Apalagi bagi sekolah-sekolah yang peserta didiknya banyak, tentu kalau hanya dilakukan oleh guru BK saja tidak akan mencukupi waktunya.
Tujuan Home Visit
Kunjungan rumah mempunyai dua tujuan, yaitu pertama untuk
memperoleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman
lingkungan dan permasalahan siswa dan kedua untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan siswa.
Karena terbatasnya waktu di sekolah, sementara banyak
informasi yang harus digali dari setiap peserta didik yang dianggap bermasalah,
belum lagi ingin mengetahui lebih dalam mengenai keluarganya, maka home visit
lah yang paling ideal dilakukan. Karena permalahan yang dihadapi peserta didik,
tidak jarang sumber masalahnya ada di lingkungan keluarga. Ingat, home visit
merupakan langkah lanjutan setelah permasalahan peserta didik di sekolah
dikonseling.
Tiga Komponen Home Visit
Dengan adanya upaya home visit, diharapkan interaksi antara sekolah dengan pihak keluarga peserta didik dapat berjalan sinergis, sehingga permasalah yang dihadapi peserta didik dapat diatasi dengan baik. Ada tiga komponen dalam proses home visit.
3 Komponen Home Visit |
- Kasus. Home visit difokuskan pada penanganan kasus yang dialami oleh klien (siswa) yang terkait dengan faktor-faktor keluarga.
- Keluarga. Keluarga yang menjadi fokus home visit atau kunjungan rumah meliputi kondisi-kondisi yang menyangkut orangtua atau wali siswa, anggota keluarga lain, orang-orang yang tinggal dalam lingkungan kelurga yang bersangkutan, kondisi ekonomi dan sosial emosional yang terjadi dalam keluarga.
- Konselor (pembimbing). Konselor bertindak sebagai perencana, pelaksana dan sekaligus pengguna hasil-hasil kunjungan rumah.
Langkah-langkah Home Visit
Upaya atau kegiatan home visit ini sudah saya jalankan sejak tahun 2012. Saat itu saya pertama kali ditunjuk sebagai wali kelas. Dan sebagai salah satu program yang saya terapkan adalah program home visit. Selama menjadi wali kelas, saya punya target setiap rumah peserta didik diusahakan harus bisa dikunjungi. Dan berikut langkah-langkah yang saya lakukan setiap menjalankan program home visit
1. Sebelum (Pra) Home Visi
- Sebelum melakukan home visit, terlebih dahulu saya mencatat masalah yang dihadapi setiap peserta didik. Informasi awal tentang peserta didik, harus saya dapatkan terlebih dahulu, baik dari wali kelas sebelumnya, atau dari guru BK langsung. Atau wawancara langsung dengan peserta didik, bisa juga kita mendapatkan informasi dari teman kelasnya.
- Setelah mendapatkan informasi seluruh siswa, kita tentukan peserta didik mana yang terlebih dahulu atau segera harus mendapatkan tindakan lanjutan melalui home visit. Biasanya saya mendahulukan siswa-siswa yang memiliki permasalahan yang sangat seriu
- Biasanya saya membagi dua kategori home visit. Pertama yang terprogram, artinya setiap peserta didik akan mendapatkan giliran home visit sesuai jadwal yang telah disusun. Kedua home visit incidental, artinya kunjungan ke rumah peserta didik tidak harus menunggu jadwal, tetapi bisa dilakukan secara mendadak. Biasanya untuk kasus-kasus yang terjadi secara tiba-tiba
- Sebelum berkunjung ke rumah peserta didik. Sebaiknya konfirmasi terlebih dahulu kepada peserta didik tentang waktu kunjungannya. Jangan sampai saat kita berkunjung ke rumahnya, orang tuanya tidak ada di rumah
- Saat berkunjung ke rumah peserta didik, usahakan tidak bersikap seperti mau menginterogasi. Berbincanglah dengan santai dan penuh keakrabatan. Dengan terus mengobrol, secara tidak sadar orang tua peserta didik akan menyampaikan keadaan dan perilaku anak didiknya.
- Tidak menyampaikan seuatu yang negative tentang anak didiknya kepada orang tuanya selama beraktifitas di sekolah. Karena tujuan kita melakukan home visit adalah untuk menyamakan antara keadaan siswa di sekolah dengan di rumah. Adakah informasi yang bertolak belakang dengan informasi yang sebelumnya sudah didapatkan.
- Catatan hasil kunjungan rumah (home visit) kemudian dikumpulkan, dipilah, dianalisis, divalidasi dan disinkronkan dengan informasi yang sebelumnya sudah ada. Informasi mana yang valid, dan informasi mana yang kontradiktif dengan info sebelumnya.
- Kemudian simpulkan hasil verifikasi dan validasi data yang didapatkan dari hasil home visit
- Terakhir tentukan solusi apa yang paling pas dan tepat untuk penyelesaian kasus yang dihadapi oleh peserta didik.
- Jika ada informasi yang diinginkan tapi sulit didapatkan, maka saya selalu meminta bantuan pihak lain.
Suka Duka Home Visit
Bagi saya sebagai tenaga pengajar home visit merupakan
program wajib yang harus dijalankan. Karena keterbatasan waktu di sekolah, maka
melalui home visitlah kita jadi lebih tahu karakter siswa yang mungkin
disembunyikan kala berada di kelas.
Namun, dalam perjalanan saya melakukan home visit ke rumah peserta
didik, banyak pengalaman yang saya dapatkan, baik suka maupun duka.
Pernah berkunjung ke salah satu siswa, saat tiba di
rumahnya, saya kaget karena orang tuanya merupakan tokoh besar di daerahnya,
sebut saja seorang ulama. Saya grogi saat berhadapan dengannya, banyak diamnya,
tapi justru saya dapat wejangan yang luar biasa dari beliau.
Pernah juga berkunjung ke orang tua peserta didik yang
sangat tertutup, seperti menutupi keadaan yang sebenarnya. Terkadang saya
melakukan home visitnya tidak cukup satu kali, tapi harus beberapa kali.
Ada juga orang tua yang sangat bahagia ketika saya
berkunjung ke rumahnya, saya bak disambut seperti tamu agung. Disediakan makanan
dan cemilan dan wajib harus disantap. Bahkan, yang mengejutkan saat pulang saya
dibekali hasil berkebun orang tuanya.
Ada juga orang tua yang sampai menangis saat dikunjungi oleh saya. Ia beralasan karena
baru pertama kali sejak anaknya bersekolah di MTs atau SMP, dikunjungi oleh
gurunya. Ia merasa terhormat dikunjungi rumahnya, karena selama ini Ia
beranggapan kalau orang miskin jangan harap gurunya mau berkunjung. Saya hapus
teori itu.
Yang paling terharu dari kegiatan home visit ini adalah
silaturahmi yang tidak pernah berhenti. Saya masih berkunjung ke rumah orang
tua siswa, meskipun sudah alumni. Begitupun orang tua yang saya kunjungi tidak
pernah lupa dengan wajah saya.
Tapi yang pasti, dengan home visit ini peserta didik merasa dihargai, diperhatikan, dan sangat berefek terhadap psikologisnya. Ada semacam control sosial yang dirasakan oleh peserta didik, anak akan berpikir dua kali saat melakukan tindakan yang kurang baik, ada perasaan “Pak Guru itu sudah tahu orang tua saya”.
Tapi yang pasti, dengan home visit ini peserta didik merasa dihargai, diperhatikan, dan sangat berefek terhadap psikologisnya. Ada semacam control sosial yang dirasakan oleh peserta didik, anak akan berpikir dua kali saat melakukan tindakan yang kurang baik, ada perasaan “Pak Guru itu sudah tahu orang tua saya”
Judul nya home visit, jadi inget judul film. ðŸ¤
BalasHapusAku juga home visit gak terlalu sering. Pegang kelas atas jadi kadang udah g kuat energy buat home visit. Tapi emang manfaat dan tujuannya bagus banget lho. Kita para guru jadi kenal kondisi anak didik kita.
BalasHapusKeren pak hamdan...
Masyaa Alloh, bangga dan senang banget jika para pengajar banyak yg melakukan home visit seperti ini.. Semoga banyak para guru di berbagai daerah melakukan home visit seperti ini..
BalasHapusPak guru teladan. Home visit betul-betul dibutuhkan siswa.
BalasHapusMasya Allah, salut lho pak ada guru yang melakukan home visit ke rumah-rumah muridnya. Lanjutkeun pak
BalasHapus