Perkembangan teknologi dan informasi kian hari semakin pesat. Salah satu bukti adanya progress perubahan dalam bidang teknologi dan informasi saat ini adalah penggunaan alat komunikasi dengan menggunakan smartphone atau android.
Smartphone ini mempermudah orang dalam melakukan komunikasi dengan orang. Waktu dan jarak tidak lagi jadi masalah. Bukan hanya bisa berkomunikasi dalam satu wilayah Negara saja, tetapi dengan adanya smartphone ini kita juga bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di luar negeri.
Manfaat smartphone ini tidak hanya bisa dirasakan dalam hal berkomunikasi saja, tetapi manfaatnya bisa juga digunakan dalam berbagai aktifitas lain, contohnya aktfitas belajar mengajar. Apalagi situasi pandemic covid-19 ini, telah mengubah proses pembelajaran pada siswa selama satu tahun lebih, yang asalnya dilaksanakan secara tatap muka di sekolah, berubah menjadi pembelajaran jarak jauh alias online. Konsekuensinya pembelajaran mau tidak mau harus berbasiskan smartphone, karena semua tugas yang diberikan oleh guru hampir semuanya via online.
Penggunaan smartphone ini membuat aktiftas semua orang menjadi praktis. Apa sih yang tidak bisa diakses lewat smartphone ini ? Hampir semuanya bisa diakses, mulai dari nonton tv, dengar radio, nyari referensi buat tugas, berinteraksi dengan orang-orang di dalam negeri maupun luar negeri, bermain game, memesan transportasi online, memesan makanan, bayar tagihan, transfer uang, sampai kepada melakukan hal-hal yang sifatnya menyimpang, misalnya melakukan pembullyan, pencemaran nama baik, penipuan, judi, prostitusi online dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sebagai orang yang tiap harinya berada di lingkungan sekolah, hampir semua siswa sudah memiliki smartphone. Hanya sebagian kecil saja yang belum memiliki. Namun, akhir-akhir ini ada satu hal yang dilupakan dari penggunaan smartphone ini dan menjadi kekhawatiran saya pribadi yaitu hilangnya budaya komunikasi yang aktif di lingkungan sekolah, karena anak-anak lebih fokus pada ponselnya masing-masing. Prilaku ini disebut dengan prilaku phubbing.
Baca Juga : Childfree : Hilangnya Fungsi Keluarga
Pengertian Phubbing
Dikutip dari sebuah artikel online Istilah phubbing, berasal dari kata phone dan snubbing, diciptakan oleh Alex Haigh, mahasiswa Australia yang magang di perusahaan periklanan terkenal McCann di Australia. Ia kemudian direkrut menjadi pegawai tetap di sana. Film berjudul A Word is Born merekam keseluruhan proses penciptaan istilah baru ini dan menjadi iklan untuk Macquarie Dictionary Australia
Phubbing diartikan sebagai perilaku tidak mengindahkan orang lain, sibuk dengan gadget, kecanduan gadget. Pelaku phubbing disebut phubbers, yakni orang yang terus menerus cek email, sosial media, atau chatting menggunakan gadget. Pphubbing (Partner phubbing) adalah phubbing yang dilakukan saat anda sedang bersama dengan pasangan anda
Beberapa Prilaku Phubbing Siswa di Sekolah
Prilaku Phubbing bisa terjadi pada siapapun, termasuk kepada siswa di sekolah. Ahli menyebutkan bahwa Phubbing dapat digambarkan sebagai individu yang melihat Smartphone miliknya saat berinteraksi dengan orang lain, sibuk dengan Smartphone miliknya dan mengabaikan komunikasi interpersonalnya.
Beberapa prilaku phubbing di kalangan siswa yang sering terjadi di sekolah, (1) Siswa lebih sering menatap Smartphone pada saat berkomunikasi dengan orang lain, (2) Mengabaikan saat temannya mengajak berkomunikasi, dan (3) Lebih suka menyendiri dengan bermain game atau bermedia sosial.
Faktor yang Mempengaruhi Phubbing
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa sehingga siswa tersebut berprilaku phubbing yaitu :
1. Kecanduan Ponsel
Ponsel atau smartphone merupakan alat canggih yang bisa digunakan untuk mempermudah kita dalam beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan kita. Ada perasaan takut seandainya ponsel jauh dari kita, adiksi terhadap ponsel bisa menjadi faktor kenapa siswa berprilaku phubbing. Siswa lebih suka menunggu pesan sms, atau chat daripada harus berkomunikasi dengan teman di sekelilingnya
2. Kecanduan Internet
Internet sekarang ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang tak terkecuali siswa. Dengan bisa mengakses internet, siswa bisa mengakses situs-situs yang menyediakan baik itu materi pelajaran ataupun hiburan seperti music atau film. Karena terus-menerus mengakses internet ini bisa melupakan orang-orang di sekitar, sehingga siswa berprilaku phubbing.
3. Kecanduan Game
Siapa sih yang tidak suka main game ? Semua orang termasuk para siswa pasti sangat suka game. Sekarang banyak sekali game-game yang ditawarkan oleh situs-situs online. Game-game inilah yang banyak dimanfaatkan oleh para siswa.
Game online lebih banyak dimainkan secara individu, bahkan game-game sekarang banyak yang dimainkan secara virtual. Kondisi inilah yang cenderung membuat anak jadi lebih suka menyendiri dengan gamenya daripada bermain dengan orang lain.
4. Kecanduan Media Sosial
Banyaknya media sosial yang muncul saat ini seperti facebook, instagram, twitter dan lain-lain membuat anak memilih menggunakan media sosial tersebut untuk berkomunikasi dengan teman lainnya. Disatu sisi kita bisa berkomunikasi di mana pun kita mau, tetapi di sisi lain kita mengabaikan teman kita yang ada di hadapan mata. Ada cuitan yang menggelitik, “yang jauh jadi dekat, yang dekat jadi jauh”.
Prilaku Phubbing itu membuat yang jauh jadi dekat, dan yang dekat menjadi jauh
Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Prilaku Phubbing Siswa di Sekolah
Jika prilaku phubbing ini dibiarkan, maka dikhawatirkan akan menjadi adiksi bagi siswa. Komunikasi lewat obrola-obrolan antar siswa sulit dijumpai. Anak-anak akan hilang rasa simpati dan empati terhadap teman-teman di sekitarnya. Kepedulian sosial tidak bisa lagi dirasakan, karena anak-anak di sekolah lebih peduli terhadap gadgetnya daripada teman di sampingnya yang membutuhkan perhatian. Padahal sekolah sendiri adalah salah satu tempat untuk mentransfer kebudayaan.
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk segera mengatasi prilaku phubbing siswa di sekolah. Berikut tips yang bisa dilaksanakan di sekolah untuk mengatasi prilaku phubbing di kalangan siswa.
1. Larangan Membawa Smartphone
Upaya pertama yang bisa dilakukan sekolah dalam mengatasi prilaku phubbing siswa adalah membuat aturan tentang larangan membawa smartphone ke sekolah. Dengan aturan ini, setidaknya kecanduan anak terhadap smartphone akan berkurang. Manfaat lain dari pelarangan ini adalah anak-anak akan lebih fokus untuk mengikuti proses pembelajaran.
Lalu bagaimana jika ada orang tua yang perlu kepada anaknya secara mendadak ? Solusinya sekolah bisa memberikan nomor handphone wali kelasnya masing-masing kepada seluruh orang tua siswa.
2. Boleh Dibawa Tetapi Disimpan di Kantor
Jika upaya pertama dirasa sulit untuk dipraktekkan, karena penggunaan smartphone sesekali dibutuhkan dalam proses pembelajaran, maka upaya kedua bisa dicoba, yaitu smartphone boleh dibawa ke sekolah, tetapi saat tidak dibutuhkan dalam proses pembelajaran, maka smartphone harus disimpan di kantor. Hal ini tentunya harus dilaksanakan dengan pengawasan yang ketat.
Baca Juga : 5 Fakta Wisata Situ Gunung Sukabumi : Dari Keindahan Alam Hingga Cerita Mistis
3. Gunakan Metode Diskusi Disaat Kegiatan Belajar Mengajar
Upaya ketiga ini bisa dilakukan oleh guru yang sedang mengajar di kelas. Guru diusahakan menggunakan metode diskusi saat melaksanakan proses mengajar di kelasnya. Hal ini bertujuan agar ada proses komunikasi antar siswa di kelas, sehingga keinginan untuk bermain smartphone akan lupa, dan mengurangi kecanduan terhadap gadget.
4. Berikan Pengetahuan Tentang Bahaya Gadget dan Phubbing
Cara keempat untuk mengatasi prilaku phubbing di kalangan siswa adalah dengan memberikan pengetahuan kepada siswa tentang bahaya menggunakan gadget yang terus menerus dan bahaya prilaku phubbing. Penyampaian informasi ini bisa disampakan oleh guru, wali kelas, atau oleh guru BP/BK, pada saat berada di kelas, atau sedang memberikan amanat upacara.
5. Pasang Banner Tentang Bahaya Phubbing
Upaya kelima yang bisa dilakukan untuk mengatasi prilaku phubbing siswa di sekolah adalah dengan pemasangan iklan atau banner tentang bahaya phubbing di sudut sekolah yang strategis serta kerap dilewati oleh siswa.
6. Pengawasan yang Ketat
Agar upaya-upaya tadi bisa berjalan sesuai dengan harapan, maka perlu adanya pengawasan yang ketat dari sekolah. Tak jarang kita menemukan anak-anak yang masih kucing-kucingan dengan aturan sekolah. Bentuk pengawasannya bisa dengan cara melakukan razia secara berkala.
Kesimpulannya bahwa smartphone memiliki dua sisi. Sisi pertama adalah sisi positif, di mana smartphone bisa dimanfaatkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dan sisi yang kedua adalah sisi negative, di mana smartphone ini bisa berdampak hilangnya rasa peduli dan kepekaan anak-anak terhadap orang-orang disekelilingnya, atau yang dikenal dengan sebutan prilaku phubbing.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan bisa mengatasi prilaku phubbing siswa di sekolah yang sudah masuk pada tahap mengkhawatirkan.
Baru tau istilah untuk orang yang sudah tak bisa lepas dari gawai ini disebut phubbing. Bisa dicoba nih upaya-upaya untuk mengatasinya di sekolah
BalasHapusMudah mudahan bisa diterapkan secara humanis
Hapussy khawatir phubbing, oleh sebab itu sy terkadang ada waktu2 tertentu yg benar2 tak menghiraukan isi chat
BalasHapusMemang harus punya niat yang kuat,,, saya juga lagi belajar
HapusMasyaAllah... Makasih banyak ya Pak, atas istilah baru "Phubbing". Jadi tertohok nih... Apakah aku termasuk " phubber"? Kalau istriku baca, pasti lansung njawab "ini abah banget" ... Izin bikin artikel ttg phubbing hubungannya dg kesehatan anak ya...
BalasHapusBagus tuh dok,,, ditunggu
HapusAda istilah phubbing ya, wah aku jadi merasa tertampar nih. Bener phubbing harus dicegah, mulai dari diri sendiri .. bismillah ..
BalasHapusSaya juga lagi berusaha belajar untuk menghargai orang dgn tidak phubbing
HapusMari sama sama berlatih
HapusIstilah baru nih. Kecanduan smartphone memang sepertinya sudah menjangkiti banyak orang ya. Saya bisa membayangkan bagaimana sulitnya memisahkan siswa dari smartphone-nya meskipun KBM sedang berlangsung. Semoga dengan cara2 di atas bisa menanggulangi phubbing pada siswa2nya ya, Pak
BalasHapusPrilaku phubbing ini memang harus mendapat perhatian serius, bukan hanya di sekolah juga di rumah
BalasHapusPhubbing itu gabungan dari dua suku kata asing kan pak, aku pernah baca, tapi ntah dimana😂
BalasHapusBtw, makasih udah diingatkan kembali dengan istilah ini :))
Aku kadang jadi Pphubbing juga duh!
BalasHapusBerat ya,godaan sosial media dan email bagi aku begitu besar pak! ampoonn... jadi sadar ini.
Saya baca artikel Pak Hamdan nih sambil manggut-manggut dan bilang 'nah' mulu, karena bener banget ini ganggu proses komunikasi. Dan guru ataupun orang tua ataupun para saudara memang harus berjabat tangan erat biar anak-anak usia muda tidak terkena phubbing. Ah, dari sekian cara, saya belum coba yang diskusi. Terima kasih sharingnya pak, membantu sekali :D
BalasHapusDalam keseharian selalu ada dua sisi ya. Ini perlu sekali diperhatikan. Terlebih dunia saat ini dalam genggaman, S.P jadi kebutuhan bukan lagi kayak beberapa gahun silam masih keinginan.
BalasHapuswah ilmu baru lagi phubbing wah tampaknya initidak hanya terjadi di kalangansiswa melainkan bagi orang dewasa. apalgi para orang tua yang tidak mengindahkan panggilan anaknya ya pak
BalasHapusoh ini istilahnya, Phubbing... ini sih aku banget. tapi bukan karena candu hiburan, itumah bisa di skip lah ya. tapi karena banyaknya tugas dan grup yang harus di simak. tapi tetap aja kali ya, namanya phubbing hehe
BalasHapusTantangan menjadi guru di jaman sekarang ya Pak, harus memahami siswa sekaligus tapi juga menjaga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
BalasHapusDuh, jangan sampai deh ya anak mengalami ini.. Apalagi sekarang sekolah masih banyak yg online jadi resiko jg semain banyak ya :'(
BalasHapusDampak dari phubbing itu sangat meresahkan ya pak. Harus dicegah sedini mungkin nih. Terima kasih artikelnya pak
BalasHapusJangankan anak-anak yang masih senang-senangbya bermain, orang dewasa pun banyak banget yang phubbing 😠sedih banget kalau diri ini ga sadar mengabaikan orang lain saat ngobrol yang jelas jelas ada di hadapan.
BalasHapusBaru tahu istilah phubbing ini Pak.. ngertinya ya kecanduan gadget, ternyata ada istilahnya tersendiri. Memang seharusnya kaya dulu ya, kalau ke sekolah nggak boleh bawa gadget. Sekarang anak sekolah aja bawa gadget, gadgetnya lebih mahal pula daripada gurunya, hihi.
BalasHapusAku biasa dapet istilah kecanduan gadget. Baru tau ada istilah phubing. Tp memang benee. Apalagi pas sibuk, jd sering cek emal dan sosmed juga. Karena kerjaannya di dunia internet :(
BalasHapusHarua bikin manajemen gadgey nih biar ga phubing.
Saya baru tau istilah phubing ini. Mengerikan juga sih misal menjadi bagian dari pengidapnya... Artikel yg sangat bermanfaat, terima kasih sudah menuliskan ini pak..
BalasHapus