Tanggal 25 Nopember boleh dikatakan sebagai hari yang special bagi seluruh insan yang berprofesi sebagai guru. Yah, setiap tanggal itu diperingati sebagai Hari Guru Nasional (HGN), sebuah peringatan yang didedikasikan buat seluruh guru di Indonesia, yang telah berjuang untuk terus mengajar dan mengabdikan diri demi menciptakan generasi penerus yang handal di masa yang akan datang.
Jujur sebagai orang yang berstatus sebagai tenaga pendidik, ketika mendapatkan sebutan Pak Guru dari anak-anak dan orang lain, ada dua perasaan yang muncul, yaitu perasaan bangga dan bahagia, sekaligus perasaan berat.
Siapa yang tidak bangga ketika orang-orang terutama anak didik memanggil kita dengan sebutan Pak Guru ? Jelas pasti bangga, karena sebutan Guru merupakan sebutan terhormat, yang tidak semua orang punya kesempatan untuk dipanggil guru. Bahagia ketika anak didik yang telah kita ajari menjadi orang yang berhasil dan sukses. Namun sebaliknya, sebutan guru itu bisa menjadi berat untuk diterima, karena ketika kita mendapatkan status sebagai guru, tentu saja peran yang harus dimunculkan harus sesuai dengan bagaimana layaknya seorang guru.
Terlepas dari rasa bangga dan berat dapat status guru, sudah layak atau tidak mendapatkan sebutan menjadi guru, atau apakah sudah mengajar sesuai dengan harapan anak-anak ? Biarkan waktu yang menjawab. Bagi saya sekarang adalah bagaimana bisa menghindari 7 hal berikut ini
1. Cepat Marah
Guru juga manusia biasa yang bisa tersenyum dan marah. Selama mengajar saya berusaha sekuat tenaga untuk tidak cepat marah. Sikap sabar mutlak harus saya miliki dalam setiap kali menghadapi anak-anak di kelas. Anak-anak yang ada di kelas memiliki karakter yang berbeda-beda, ada anak-anak yang nggak neko-neko, aktif, ada juga anak-anak yang hiperaktif yang menguji kesabaran kita sebagai guru. Semuanya itu harus dihadapi dengan kesabaran.
Masih ingat pesan guru saya, kalau mau mengajar harus punya wudhu. Sampai sekarang pesan itu selalu saya praktekan. Kalaupun terpaksa berada disituasi yang membuat kita marah, saya berusaha tidak mengeluarkan kata-kata yang kasar, hinaan, atau bullyan pada anak-anak. Atau saya suka keluar kelas saja, kalau marahnya dirasa sulit untuk dikendalikan.
2. Gila Hormat
Seorang anak atau siswa memang wajib menghormati gurunya, dimanapun dan kapanpun. Tapi tak elok rasanya kalau kita memaksa anak-anak untuk menghormati kita sebagai guru. Prinsip saya, tak ada prajurit yang salah. Artinya ketika anak-anak tidak menghormati saya, berarti ada yang salah dalam tingkah dan prilaku kita. Anak-anak tanpa diminta pasti akan menghormati kita sebagai guru, apabila kita juga menghormati mereka. Sebaliknya, jika kita gila hormat, jangan salahkan anak-anak jika tidak respek kepada kita sebagai guru. Namun, apabila kita sudah menghormati dan menghargai mereka, tapi mereka tidak menghormati kita, barulah kita wajib memberikan nasehat.
3. Ingin Disebut Berjasa
Ada dua hal yang harus kita lupakan, pertama kebaikan kita kepada orang lain dan kesalahan orang lain kepada kita. Saya selalu berusaha untuk memegang prinsip itu. Pasti bangga ketika anak didik kita berhasil menjadi orang sukses dan menyebut kita telah menjadi bagian dalam kesuksesannnya. Bagi saya tidak harus mengaku-ngaku bahwa kita telah berjasa membuat anak-anak kita sukses, apalagi meminta balasan jasa.
4. Merasa Paling Pintar
Selanjutnya hal yang harus selalu saya hindari adalah merasa paling pintar. Bagi saya masing-masing orang punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tidak menjadikan kita sombong dan merendahkan orang lain, sebaliknya kekurangan yang kita punya tidak membuat kita minder apalagi menjadi sok tahu. Saya lebih baik sering melakukan sharing pengetahuan, informasi atau hal lainnya yang bersifat positif, sekalipun saling share itu saya lakukan bersama anak-anak. Bagi saya tak ada masalah.
5. Memaksa Anak Harus Bisa
Ingat, setiap anak memiliki kecerdasan yang tidak sama antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Oleh karena itu, saya berusaha menghindari keinginan dimana semua anak harus bisa dan faham terhadap materi yang telah saya sampaikan. Kalau guru sudah paham bahwa anak memiliki kecerdasan yang berbeda, pasti tidak akan memaksa anak harus bisa semua mata pelajaran yang ada. Hanya bisa menyebutkan satu kata saja dari apa yang sudah saya ajarkan, bagi saya sudah alhamdulilah.
6. Membuat Anak Takut
Membuat anak takut ketika saya mengajar merupakan hal yang harus saya hindari. Saya berusaha untuk selalu menerapkan 5 S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun) pada anak-anak. Saya memotivasi anak-anak untuk tidak takut bertanya, untuk selalu berbagi pengalaman dengan saya. Bagi saya, kalau anak sudah takut ketika bertemu dengan gurunya, jangan berharap dorongan untuk belajar akan muncul, yang ada malah makin menghindar.
7. Mempermalukan Anak
Membuat kesalahan adalah hal yang manusiawi. Begitu juga ketika anak melakukan kesalahan atau membuat kita kesal, jangan pernah memberikan hukuman yang membuat anak menjadi rendah diri. Jangan pernah mempermalukan anak-anak ketika melakukan kesalahan, apalagi mempermalukannya di depan teman-temannya. Kalaupun membuat kesalahan, berilah hukuman yang mendidik.
Barangkali itulah refleksi saya tepat di hari guru nasional ini, terima kasih kepada pemerintah yang telah menetapkan tanggal 25 Nopember sebagai hari guru nasional. Mudah-mudahan saya tetap istiqomah dalam hal positif, dan berusaha terus untuk mengikuti perubahan di dunia pendidikan ini.
Tepat di hari guru nasional ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya (guru pertama), guru Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, SMA, dan guru saat kuliah, yang telah mengajari dan mendidik saya sehingga menjadi seperti ini. SELAMAT HARI GURU NASIONAL : Guru Peduli Cerdaskan Anak Negeri.
Selamat hari guru juga, brother. Semoga pengabdian kita menjadi tabungan pahala yang Allah Ridhoi. Amin
BalasHapusAmin... InsyaAllah
Hapus