Acara pernikahan itu tiba tiba hening seketika, sesaat setelah datang seorang pria berpeci hitam dan berpakaian batik, menemui Pak Najar, yang tak lain adalah ayah dari Senja Putri Samudra.
Keheningan itu kemudian pecah dengan terdengar tangisan dari sebuah ruangan utama, yang mana ruangan itu nantinya akan dijadikan tempat pengucapan janji suci sang pengantin.
Aku Angkasa, sahabat kecilnya Senja, juga tiba-tiba ikut bingung dan bertanya-tanya, ini ada apa sebenarnya. Disaat Aku ingin tahu apa yang terjadi, tiba-tiba ayahnya Senja datang menghampiriku.
"Nak Angkasa, Bapak tahu kamu adalah sahabat terbaiknya anak Bapak, Senja. Hari ini bisa jadi hari terburuk dalam hidup Senja. Nak Angkasa, Fajar membatalkan pernikahannya", kata ayahnya Senja kepadaku.
Ayahnya benar-benar terpukul dengan kedatangan laki-laki yang akhirnya diketahui bahwa pria yang datang itu adalah utusan dari calonya Senja, Fajar. Aku hanya bisa terdiam, dan mencoba menahan air mata agar tidak turut dalam kesedihan yang dialami ayahnya Senja.
"Nak Angkasa, Bapak mohon kuatkan Senja,, Bapak mohon, please!", itu kata ayahnya dengan menangis dan sambil memeluk erat diriku.
"Bapak tenang aja yah", jawabku singkat
Setelah tahu apa yang sebetulnya terjadi, Aku segera menemui Senja di kamarnya. Dan benar sekali, Senja sedang duduk tepat di depan jendela kamarnya dan terlihat sambil memegang tisu, Aku bisa merasakan bagaimana sangat sedihnya hati Senja saat ini.
Dengan pelan dan perlahan, Aku coba untuk menenangkan dan menguatkan hati Senja.
"Aku tahu, ini bukan hal yang mudah, Aku tahu ini hal yang berat buat kamu, Senja", kataku mencoba mengawali pembicaraan.
Senja masih diam, dan keliatannya masih bertarung melawan kesedihannya. Lalu, Aku lanjutkan perkataanku.
"Orang yang sudah lama kenal dan tahu kamu, Aku yakin kamu bisa melewati cobaan yang berat ini, jika kamu butuh orang untuk mendengarkan keluh kesamu, call me kapan aja", tambahku
"Aku tahu, tidak semua kesedihan butuh nasihat dan semangat, seperti sekarang kamu itu butuh sendiri", lanjutku sambil lihat reaksi Senja.
Ketika Aku akan melangkah keluar, akhirnya suara Senja terdengar saat memanggilku.
"Angkasa....! ", teriak dia
"Senja,,,! ", jawabku
"Terima kasih, Angkasa!, dikala Aku sedang rapuh seperti sekarang ini, kamu layaknya kompas yang terus mendampingiku sehingga Aku tak kehilangan arah. Kamu bener bener sahabat terbaikku, Kamu tetap orang pertama yang ada disampingku, meski kamu sebenarnya udah sempet ngengetin aku, bahwa Fajar bukan laki laki terbaik buatku.", kata Senja padaku
"Sudahlah nggak usah dibahas lagi, yang penting Kamu sudah bisa tenang dan bisa menerima takdirmu saat ini", jawabku sambil kami berdua berpelukan.
"Sebaiknya sekarang kita temui Bapak dan Ibumu, mereka pasti khawatir terhadap kondisi kamu, Senja", lanjutku
Senja begitu juga keluarganya perlahan-lahan mulai tenang dan sudah ikhlas menerima kondisi yang baru saja terjadi. Meski kekecewaan dan kesedihan masih terlihat di raut mukanya Senja.
Kami berdua pun duduk di kursi pelaminan, tiba-tiba Senja berkata dengan mata yang berkaca-kaca, "Aku percaya Allah sedang mengambil sesuatu yang kuinginkan, dan semoga akan digantikan dengan sesuatu yang kubutuhkan dan terbaik dimata Allah".
"Yang lebih sedih dan malu lagi adalah kedua orang tuaku, Aku merasa telah mengecewakan harapan kedua orantuaku, apalagi masih teringat ucapan kedua orang tuaku yang kurang srek dengan Fajar waktu itu", lanjut Senja padaku
"Seandainya hari ini Allah tiba-tiba mengirim kan lelaki pengganti, dan itu baik menurut-Nya, InsyaAllah", ucap Senja sambil melihat wajahku
Dengan memegang kedua tangan Senja, Aku berkata, " Bolehkah Aku jujur? "
"Kenapa?", jawab Senja dengan singkat
"Aku bisa merasakan hatimu saat ini sedang sedih dan kecewa, itu pasti dan tidak mudah menyembuhkan luka sedalam itu. Jika kamu memberikan kesempatan Aku untuk membantu menyembuhkan lukamu itu, Aku siap", kataku pada Senja dengan badan sedikit gemetar.
"Maksud kamu, Angkasa? ", tanya Senja dengan wajah kaget.
"Iya, Aku mau menikahimu, dan Aku siap menggantikan calon pengantin prianya yang duduk di kursi ini", jawabku dengan mata yang tajam tertuju pada Senja.
"Tapi,.... ", ucap Senja yang kelihatanya masih heran
"Bissmillah,, Aku ingin menikahimu. Meski rasa yang ada dihatimu hanya ada rasa sahabat.", ucapku sedikit meyakinkan Senja
"Angkasa, kamu adalah sahabat kecilku, kamu selalu menjadi orang pertama yang ada di sampingku dikala Aku sedang sedih. Bismillah, Aku mau kamu bantu Aku tuk luluhkan hati ini, melupakannya dan menggantinyai dengan namamu, Angkasa Jagat Raya", Jawabnya
"Saya terima nikahnya, Senja Putri Samudra, Binti Bapak Najar Samudra, dengan maskawin tersebut, dibayar tunai"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar