Ngobrol Soal Pacaran Bareng Anak-anak

Konten [Tampil]

Hari ini, tepatnya hari Senin, tanggal 30 September 2024, saya ngajak anak-anak buat ngobrol seputar pacaran. Ngobrolnya sangat seru dan santai banget, mereka saya ajak buat terbuka untuk ngungkapin pendapatnya seputar kehidupan pribadi mereka, InsyaAllah tanpa ada paksaan mereka dengan sendirinya mau berbagi cerita. 

ngobrol pacaran


Saya awali ngobrolnya dengan pertanyaan pemantik, yaitu seberapa pentingkah berpacaran buat mereka. Jawaban dari mereka sangat beragam, mulai dari yang mengatakan sangat perlu, nggak penting-penting amat, sampai ada yang mengatakan tidak penting pacaran. 

Selanjutnya saya lempar pertanyaan kedua, yakni apa sih yang menjadi motivasi mereka berpacaran. Pertanyaan ini juga dijawab dengan jawaban yang berbeda-beda. Ada yang hanya iseng, ada yang hanya butuh buat curhat, ada juga yang memang butuh kasih sayang. 

Pertanyaan selanjutnya adalah meminta mereka menceritakan kapan momen terindah dan sedih saat berpacaran. Momen terindah saat pacaran versi mereka adalah jalan berdua, makan berdua, video call, chattingan, hingga dapet kata-kata romatis. Sementara momen sedih mereka adalah ketika orang yang dicintainya meninggalkan, ghosting, atau selingkuh versi mereka. 

Di sela-sela ngobrol itu, saya coba masuk ke ranah keluarga mereka. Pertanyaan yang saya lontarkan adalah gimana kehidupan keluarganya, interaksi mereka dengan keluarganya, lalu bentuk perhatian seperti apa yang mereka sudah dapatkan dari keluarga mereka terutama orang tua mereka. 

Jawabannya pun sedikit membuat saya terdiam, ternyata dari mereka jarang banget berkomunikasi dengan orang tua mereka, orang tuanya jarang membonding mereka, bahkan mereka merasa tidak memiliki sosok orang tua yang seharusnya memberikan kasih sayang. 

Ngobrol bareng mereka akhirnya berakhir dengan penuh canda tawa, tertawa lepas, dan seru pokoknya. Saya pun sebagai gurunya memberikan sedikit nasehat buat mereka sebagai penutup pada obrolan tersebut. 

Saya menyimpulkan dari ngobrol bareng anak anak itu, pertama, motivasi mereka berpacaran lebih pada kurangnya kasih sayang dari orang yang seharusnya memberikan kasih sayang. Ibaratnya mencari pengganti sosok yang bisa memberikan kasih sayang buat mereka. 

Kedua, tidak ada atau kurangnya komunikasi, ngobrol, bonding mereka dengan orang tua mereka. Akhirnya mereka lagi lagi mencari tokoh pengganti yang mau mendengarkan curhatan mereka. 

Ketiga, diperlukan sosok lain yang bisa menggantikan orang tua mereka, dengan harapan bisa mengarahkan mereka ke arah yang positif, tidak toxic, dan tentunya menyehatkan mental mereka. 

Terakhir mungkin momen momen ngobrol bareng seperti itu perlu sering dilakukan, yah minimal bisa mendengar cerita cerita mereka, dan mereka sendiri bisa memahami dan mengerti apa yang mesti dilakukan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar