Tanggal 25 Nopember menjadi hari yang sangat spesial dan berkesan bagi seluruh insan yang berprofesi sebagai guru. Yah, bagaimana tidak karena dihari tersebut seluruh guru di Indonesia dirayakan dan diperingati sebagai hari guru nasional.
Dengan adanya hari guru ini, jujur sebagai orang yang dipanggil guru oleh anak-anak tentu merasa bahagia karena ini sebagai "validasi" kalau pekerjaan kita memang berarti dan memiliki peran penting dalam memberikan kontribusi kepada anak-anak.
Bagi saya sendiri Peringatan Hari Guru Nasional ini memiliki makna yang begitu mendalam, bukan hanya sekedar adanya pengakuan saja, namun lebih dari itu, Hari Guru bisa menjadi renungan bagi orang-orang yang berprofesi sebagai guru termasuk saya sendiri. Berikut makna Hari Guru Nasional bagi para guru untuk dijadikan sebagai bahan renungan :
1. Sudah Layakkah Dipanggil Guru
Pertanyaan pertama yang muncul dan perlu menjadi renungan adalah apakah kita sudah layak dipanggil guru oleh anak-anak? Tentu pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh setiap orang yang mengaku sebagai guru.
Guru diistilahkan dengan sebutan "Digugu dan Ditiru", artinya semua tingkah lakunya, prilakunya dan perbuatannya akan dilihat lalu ditiru oleh murid-muridnya, maka ada istilah "Guru kencing berdiri, murid kencing berdiri". Lengah dikit saja dalam berprilaku, maka jangan salahkan anaknya melakukan hal yang sama bahkan melebihi dari tingkah laku gurunya.
2. Sudah Siapkah Setiap Waktunya Harus Berperan Sebagai Guru
Makna kedua yang harus menjadi perhatian seorang guru di hari guru Nasional ini adalah sudah siapkah kita dan sanggup untuk selalu berperan sesuai dengan status yang diembannya yaitu status seorang guru?
Jangan sampai status dan peran sebagai guru itu hanya dilaksanakan di lingkungan sekolah saja, tetapi status guru itu dilepaskan ketika berada di luar sekolah. Mau di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, seorang guru itu tetap harus berlaku sopan, berprilaku santun, berbuat baik, selalu bersikap taat dan patuh pada aturan, di manapun guru itu berada dan saat kapanpun.
3. Memahami Psikologis Murid-muridnya
Menjadi guru itu bukan hanya sekedar berdiri di depan anak-anak saja, tetapi harus mampu memahami psikologis para muridnya. Ingat tidak semua anak-anak siap ketika akan memulai kegiatan belajar, mungkin ada beberapa anak yang belum siap memulai belajarnya lantaran psikologisnya sedang terganggu.
Maka dari itu, apakah kita sudah menyadari bahwa suasana hati anak-anak yang bahagia akan lebih mudah menerima dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh para guru. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memahami psikologis anak-anaknya, jangan sampai anak-anak yang hati dan pikirannya sedang tidak baik-baik saja dipaksa harus mengikuti kegiatan belajar mengajar.
4. Apakah sudah Ditunggu Kehadiran Kita di Kelas?
Hal yang juga perlu menjadi renungan bagi setiap guru adalah apakah kehadiran kita di kelas ditunggu oleh anak-anak? Jangan-jangan saat kita tidak masuk ke kelas mereka malah seneng, atau anak-anak selalu beralasan tidak bersekolah karena takut ketemu gurunya?
Situasi seperti itu tentu harus dicarikan solusinya, khawatir ada ketidakpercayaan dan ketidaknyamanan mereka kepada gurunya. Kalau anak-anak sudah percaya lalu merasa nyaman saat berhadapan dengan gurunya, tentu seperti apapun gaya ngajarnya, model dan metode yang digunakannya seperti apa, anak-anak akan tetap respek kepada gurunya dan pasti akan mengikuti kegiatan belajar di kelasnya.
5. Sudah Berada di Level Berapa Tingkat Kesabaran Kita?
Pertanyaan kelima yang tidak kalah pentingnya untuk dijadikan bahan renungan oleh seorang guru di hari guru nasional ini adalah sudah berada pada level berapa tingkat kesabaran kita sebagai seorang guru ketika menghadapi anak-anak yang tidak sesuai dengan ekspektasi.
Tentu ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan itulah akan menjadi tantangan setiap guru kerika berhadapan dengan anak-anak yang memiliki keistimewaan dibandingkan anak-anak lainnya. Dan salah satu sikap guru yang harus diterapkan ketika menghadapi anak-anak yang memiliki keistimewaan tersebut adalah memiliki sikap yang sabar.
Itulah makna Hari Guru Nasional bagi seorang guru. Untuk seluruh anak-anak kami ucapkan Terima Kasih atas segala ucapan dan doanya, semoga kalian tidak bosan untuk terus belajar bersama kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar